Sebagai
Negara tropis dan berada di jalur garis khatulistiwa, Indonesia menjadi
daerah yang subur dan kaya akan tanaman hayati, termasuk tanaman yang dapat
digunakan untuk penyembuhan penyakit atau tanaman herbal. Berdasarkan
penelitian, Indonesia memiliki kurang lebih 30 ribu jenis tanaman herbal, namun
baru 13 ribu jenis yang dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan baku pengobatan
maupun pencegahan penyakit. Sedangkan tanaman yang digunakan untuk produksi
Obat Herbal Terstandar (OHT) dan fitofarmaka yang sudah diuji klinis pada
manusia baru sekitar 500 tanaman herbal yang dimanfaatkan.OHT dan fitofarmaka
merupakan obat yang levelnya kuratif atau bisa menyembuhkan.
Walaupun
Indonesia memiliki banyak tanaman herbal, ternyata belum dimanfaatkan dengan
baik sebagai obat herbal. Padahal lebih murah biaya pengobatan dengan
menggunakan tanaman herbal jika dibandingkan dengan obat berbahan kimia yang
sebagian besar bahan bakunya masih diimpor. Sedikitnya pemanfaatan tanaman
herbal ini sebagi obat herbal terstandar dikarenakan investasi riset yang cukup
besar dan membutuhkan waktu yang lama. Di samping itu belum masuknya obat
fitofarmaka ke dalam Formularium Nasional (Fornas) sebagai syarat obat bisa
digunakan pada pengobatan di Jaminan Kesehatan Nasional. Padahal pertumbuhan kinerja
produk herbal tumbuh rata-rata 13 -15
persen per tahun. Selain itu prilaku
masyarakat Indonesia yang ingin proses penyembuhan secara instan/cepat ikut
mempengaruhi perkembangan obat herbal.
Proses
penyembuhan dengan obat herbal berbeda dengan obat kimia. Pada saat
mengkonsumsi obat herbal mungkin akan timbul rasa mual, pusing dan sakit perut
yang menyertainya. Efek ini merupakan penyesuaian metabolisme tubuh untuk bisa
memanfaatkan pengobatan yang diberikan oleh obat herbal tersebut yang dalam beberapa
hari akan hilang. Selain itu, dengan mengkonsumsi obat herbal maka pada tubuh
akan terjadi proses detoksifikasi dimana tubuh akan racun atau zat-zat
berbahaya dari dalam tubuh. Reaksi yang mungkin muncul selama proses
detoksifikasi ini adalah batuk, pilek, demam, gatal, berkeringat, sering
kencing atau buang air besar yang akan berefek berbeda-beda pada tiap orang.
Jika muncul efek tersebut jangan berhenti konsumsi obat herbal karena itu sama
saja menghentikan proses pengobatan dan pemulihan.
Reaksi
obat herbal berbeda dengan obat kimia. Jika obat kimia bisa langsung bereaksi,
reaksi obat herbal baru bereaksi setelah beberapa minggu setelah digunakan.
Penyebabnya adalah senyawa-senyawa yang berkhasiat di dalam obat herbal
membutuhkan waktu untuk menyatu di dalam metabolisma tubuh manusia. Obat kimia
bekerja dengan cara meredam rasa sakit dan gejalanya, sedangkan obat herbal
bekerja dengan berfokus pada sumber penyebabnya. Obat herbal bekerja dengan
cara membangun dan memperbaiki keseluruhan sIstem tubuh dengan memperbaiki sel
dan organ-organ yang rusak.
PT Liza Herbal
International (LHI) sebagai produsen obat herbal selama 13 tahun telah memanfaatkan
tanaman obat herbal sebagai bahan baku dengan menggunakan teknologi pengeringan
suhu rendah sehingga khasiat obat pada tanaman tersebut tidak hilang. Disamping
itu proses produksi dilakukan sesuai standar cara produksi obat tradisional
yang baik (CPOTB) sesuai standar Badan POM dan Standarisasi HALAL MUI. Bahan
baku herbal yang digunakan perusahaan kami berbentuk ekstrak dan simplisia yang
dapat digunakan untuk pencegahan dan penyembuhan berbagai penyakit seperti Diabetes,
Kencing Manis, Darah Tinggi, Batu Ginjal, Kanker, Tumor, Kulit, Kolesterol,
Pegal Linu dan jenis penyakit lainnya. Semua obat herbal yang kami produksi
ini telah memiliki sertifikat HALAL MUI dan izin edar Badan POM.
Untuk jasa maklon dan Reseller serta pembelian langsung hubungi:
PT. Liza Herbal International
Jl. Arzimar 3 No. 43, Tegalgundil, BOGOR
Jl. Arzimar 3 No. 43, Tegalgundil, BOGOR
HP (SMS/WA). 081290863289
Website: www.lizaherbal.com
Instagram :
@lizaherbalinternational
Facebook :
@liza.herbal.3
Belanja online:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar